Apa Syarat Diterimanya Taubat?

Agar bertaubat dapat sungguh-sungguh dan diterima Allah maka dibutuhkan syarat. Para ulama menjelaskan syarat- syarat taubat yaitu:

1. Islam, tidak sah taubat dari dosa dan kemaksiatan kecuali dari seorang muslim, sebab taubatnya orang kafir adalah masuk islam. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:
وَلاَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَـئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً
“Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS. An Nisaa:18)

Assalamu’laikum Warahmatullah Wabarakatuh

Apa syarat diterimanya taubat? Bagaimana caranya kita benar-benar menyesali dosa yang pernah diperbuat agar bisa bertobat dengan sungguh-sungguh?
Jazaakumullah khairan

Abu annas
Alamat: jakarta
Email: annaz_kuc***@yahoo.com

Ustadz Kholid Menjawab :
Agar bertaubat dapat sungguh-sungguh dan diterima Allah maka dibutuhkan syarat. Para ulama menjelaskan syarat- syarat taubat yaitu:

1. Islam, tidak sah taubat dari dosa dan kemaksiatan kecuali dari seorang muslim, sebab taubatnya orang kafir adalah masuk islam. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:
وَلاَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَـئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً
“Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS. An Nisaa:18)

2. Ikhlas. Tidak sah taubat seseorang kecuali dengan ikhlas dengan cara menujukan taubatnya tersebut semata mengharap wajah Allah, ampunan dan penghapusan dosanya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إٍِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إلاَّ مَا كَانَ خَالِصًا وَ ابْتَغَي بِهِ وَجْهَ الله

ِ
“Sesungguhnya Allah tidak menerima satu amalan kecuali dengan ikhlas dan mengharap wajahNya.”

Sehingga seorang yang bertaubat atau meninggalkan perbuatan dosa karena bakhil atas hartanya atau takut dicela orang atau tidak mampu melakukannya tidak dikatakan bertaubat secara syar’I menurut kesepakatan para ulama. Oleh karena itu kata taubat dalam Al Qur’an mendapat tambahan kata ‘kepada Allah’, seperti firman Allah:

إِن تَتُوبَآ إِلَى اللهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا

“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan)” (QS. At Tahrim:4)

3. Mengakui dosanya. Tidak sah taubat kecuali setelah mengetahui, mengakui dan memohon keselamatan dari akibat jelek dosa yang ia lakukan, sebagaimana disampaikan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam kepada A’isyah dalam kisah Fitnatul Ifki:

بَعْدُ يَا عَائِشَةُ فَإِنَّهُ قَدْ بَلَغَنِي عَنْكِ كَذَا وَكَذَافَإِنْ كُنْتِ بَرِيئَةً فَسَيُبَرِّئُكِ اللَّهُ وَإِنْ كُنْتِأَلْمَمْتِ بِذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرِي اللَّهَ وَتُوبِي إِلَيْهِ فَإِنَّالْعَبْدَ إِذَا اعْتَرَفَ بِذَنْبِهِ ثُمَّ تَابَ إِلَى اللَّهِ تَابَاللَّهُ عَلَيْه

Amma ba’du, wahai A’isyah sungguh telah sampai kepadaku berita tentangmu bagini dan begitu. Apabila kamu berlepas (dari berita tersebut) maka Allah akan membersihkanmu dan jika kamu berbuat dosa tersebut, maka beristighfarlah kepada Allah dan bertaubatlah kepadaNya. Karena seorang hamba bila mengakui dosanya kemudian bertaubat kepada Allah niscaya Allah akan menerima taubatnya. (HR Al Bukhori).
4. Menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Penyesalan memberikan tekad, kemauan dan pengetahuan kepada pelakunya bahwa kemaksiatan yang dilakukannya tersebut akan menjadi penghalang dari Rabbnya, lalu ia bersegera mencari keselamatan dan tidak ada jalan keselamatan dari adzab Allah kecuali berlindung kepadaNya, sehingga muncullah taubat dalam dirinya. Oleh karena itu tidak terwujud taubat kecuali dari penyesalan, sebab tidak menyesali perbuatannya adalah dalil keridhoan terhadap kemaksiatan tersebut, seperti disabdakan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :

النَّدَمُ تَوْبَةٌ

“Penyesalan adalah taubat.”

5. Berlepas dan meninggalkan perbuatan dosa tersebut apabila kemaksiatannya adalah pelanggaran larangan Allah dan bila kemaksiatannya berupa meninggalkan kewajiban maka cara meninggalkan perbuatan dosanya adalah dengan melaksanakannya. Ini termasuk syarat terpenting taubat. Dalilnya adalah firman Allah:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui.” (QS. Al Imran:135)
Al Fudhail bin Iyaadh menyatakan: “Istighfar tanpa meninggalkan kemaksiatan adalah taubat para pendusta.”
6. Berazzam dan bertekad tidak akan mengulanginya dimasa yang akan datang.

7. Taubat dilakukan pada masa diterimanya taubat. Apa bila bertaubat pada masa ditolaknya seluruh taubat manusia, maka tidak berguna taubatnya. Masa tertolaknya taubat ini di tinjau dari dua sisi:

a. Dari pelaku itu sendiri, maka waktu taubatnya sebelum kematian. Apabila bertaubat setelah sakaratul maut, maka taubatnya tidak diterima. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya :

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ وَلاَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَـئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً

“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS. 4:18)
Hal inipun disampaikan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabdanya:

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْد مَا لَمْ يُغَرغِرْ

“Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama belum sakaratul maut.”
Oleh karena itu Allah tidak menerima taubat Fir’aun ketika tenggelam, seperti dikisahkan dalam firmanNya:

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْياً وَعَدْواً حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنتُ أَنَّهُ لا إِلِـهَ إِلاَّ الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَاْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيراً مِّنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ

Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia:”Saya percaya bahwa tidak ada Ilah melainkan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (QS. Yunus:90-92)

b. Dari manusia secara umum. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyatakan :

الْهِجْرَةُ لاَ تَنْقَطِعُ حَتَّى تَنْقَطِعَ الْتَوْبَةُ وَلاَ تَنْقَطِعُ الْتَوْبَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Hijroh tidak terputus sampai terputusnya taubah dan taubat tidak terputus sampai matahari terbit dari sebelah barat.”
Dan sabda beliau :

إِنَّاللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَمُسِيئُ النَّهَارِوَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيئُ اللَّيْلِ حَتَّىتَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Sesungguhnya Allah Ta’ala selalu membuka tangan-Nya di waktu malam untuk mene-rima taubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari, dan Allah membuka tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di malam hari. Begitulah, hingga matahari terbit dari barat.”
Apabila matahari telah terbit dari barat maka taubat seorang hamba tidak bermanfaat, sebagaimana ditegaskan Allah dalam firmanNya :

هَلْ يَنظُرُونَ إِلاَّ أَن تَأْتِيهُمُ الْمَلآئِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لاَ يَنفَعُ نَفْساً إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِن قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْراً قُلِ انتَظِرُواْ إِنَّا مُنتَظِرُونَ

“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Rabbmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfa’at lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah:”Tunggulah olehmu sesungguhnya kamipun menunggu(pula)” “. (QS. Al An’am: 158)
8. Khusus yang berhubungan dengan orang lain maka ada tambahan berlepas dari hak saudaranya, apabila itu berupa harta atau sejenisnya, maka mengembalikannya kepadanya dan bila berupa hukuman menuduh (zina) maka memudahkan hukuman atau memohon maaf darinya dan bila nerupa ghibah, maka memohon dihalalkan dari ghibah tersebut.

Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Al Utsaimin berkata: “Adapun bila dosa tersebut antara kamu dengan manusia, apabila berupa harta, harus menunaikannya kepada pemiliknya dan tidak diterima taubtanya kecuali dengan menunaikannya. Contohnya kamu mencuri harta dari seseorang lalu kamu bertaubat dari hal itu, maka kamu harus menyerahkan hasil curian tersebut kepada pemiliknya. Juga contoh lain, kamu mangkir dari hak seseorang, seperti kamu punya tanggungan hutang lalu mangkir darinya, kemudian kamu bertaubat, maka kamu harus pergi kepada orang yang bersangkutan dan memeberikan pengakuan dihadapannya sehingga ia mengambil haknya. Apabila orang tersebut telah meninggal dunia, maka kamu berikan kepada ahli warisnya. Apabila tidak tahu atau ia menghilang darimu dan kamu tidak mengetahui keberadaannya maka bersedekahlah dengan harta tersebut atas namanya agar bebas dari (kewajiban) tersebut dan Allahlah yang mengetahui dan menyampaikannya kepadanya. Apabila kemaksiatan yang kamu lakukan terhadap orang lain berupa pemukulan atau sejenisnya, maka datangilah ia dan mudahkanlah ia untuk membalas memukul kamu seperti kamu memukulnya. Apa bila yang dipukul punggung maka punggung yang dipukul dan bila kepala atau bagian tubuh lainnya maka hendaklah ia membalasnya.

Hal ini didasarkan pada firman Allah:

وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, (QS. 42:40)

فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُواْ عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ

Dan firmanNya:
Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.(QS. 2:194)

Apabila berupa perkataan (menyakitinya dengan perkataan), seperti kamu mencela, menjelek-jelekinya dan mencacinya dihadapan orang banyak, maka kamu harus mendatanginya dan meminta maaf darinya dengan apa saja yang telah kamu berdua sepakati, sampai-sampai seandainya ia tidak memaafkan kamu kecuali dengan sejumlah uang maka berilah. Sedang yang ke empat adalah apabila hak orang lain tersebut berupa ghibah, yaitu kamu pernah membicarakannya tanpa sepengetahuan nya dan kamu menjelek-jelekkannya dihadapan orang banyak ketika ia tidak ada. Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Ada yang menyatakan ia harus mendatanginya dengan menyatakan: “Wahai fulan saya pernah merumpi (menggibahi) kamu dihadapan orang maka saya mohon kamu memaafkan saya dan menghalalkannya”. Sebagian ulama menyatakan: “Tidak menemuinya namun harus diperinci permasalahannya. Apabila orang tersebut telah mengetahui perbuatan ghibah tersebut, maka harus menemuinya dan minta dimaafkan. Namun bila tidak mengetahuinya maka jangan berangkat menemuinya namun cukup memintkan ampunan untuknya dan menyampaikan kebaikan-kebaikannya dimajlis-majlis yang kamu pernah gunakan dalam menggibahinya, karena kebaikan-kebaikan menghapus kejelekan”. Inilah pendapat yang rajih (kuat)”.

Sedangkan Syaikh Saalim bin Ied Al Hilali memberikan syarat bila tidak menimbulkan mafsadat yang lebih besar lagi. Beliau berkata: “Apabila dosa itu berupa ghibah maka ia meminta dihalalkan (dimaafkan) selama tidak mebnimbulkan mafsadat lain akibat dari permintaan maaf itu sendiri. Apabila menimbulkan maka yang wajib baginya adalah mencukupkan dengan mendoakan kebaikan untuknya.”

Lalu bagaimana bisa menyesali perbuatan dosa tentunya dengan mengingat kebesaran Allah yang kita maksiati dan akibat bruk dari dosa tersebut di dunia dan akhirat.

Mudah-mudahan bermanfaat.

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.

Artikel UstadzKholid.Com

Read More..

Menjaga Akhlak Semasa Bercinta

Dalam surah ar-Rum ayat 21 Allah menyatakan, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahawa Dia menciptakan isteri-isteri bagimu dari kalangan kamu sendiri supaya kamu dapat hidup tenang bersama mereka dan diadakan-Nya cinta kasih sayang antara kamu. Sungguh, dalam yang demikian ada tanda-tanda bagi orang yang menggunakan fikiran”.

ISLAM menggariskan akhlak yang terbaik untuk merealisasikan percintaan sesama lelaki dan perempuan yang mukalaf. Terdapat tiga peringkat percintaan yang mana orang Islam hendaklah mencuba sedaya upaya mereka untuk memelihara kesucian cinta itu daripada dicemari unsur-unsur maksiat dan perkara-perkara yang dapat membawa kepada kemurkaan Allah. Tiga peringkat tersebut adalah cinta sebelum perkahwinan, cinta selepas bertunang dan cinta selepas perkahwinan.
Dalam surah ar-Rum ayat 21 Allah menyatakan, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahawa Dia menciptakan isteri-isteri bagimu dari kalangan kamu sendiri supaya kamu dapat hidup tenang bersama mereka dan diadakan-Nya cinta kasih sayang antara kamu. Sungguh, dalam yang demikian ada tanda-tanda bagi orang yang menggunakan fikiran”.

ISLAM menggariskan akhlak yang terbaik untuk merealisasikan percintaan sesama lelaki dan perempuan yang mukalaf. Terdapat tiga peringkat percintaan yang mana orang Islam hendaklah mencuba sedaya upaya mereka untuk memelihara kesucian cinta itu daripada dicemari unsur-unsur maksiat dan perkara-perkara yang dapat membawa kepada kemurkaan Allah. Tiga peringkat tersebut adalah cinta sebelum perkahwinan, cinta selepas bertunang dan cinta selepas perkahwinan.

Cinta Sebelum Kahwin

Cinta sebelum perkahwinan adalah cinta yang hadir daripada pergaulan harian dengan individu yang mempunyai kesamaan daripada segi cita rasa, peribadi, minat dan cara hidup. Ada kalanya cinta ini adalah cinta pandang pertama yang hadir secara mendadak, dan ia juga mungkin cinta yang dibina secara berperingkat melalui pertemuan dan pergaulan harian. Cinta sebelum perkahwinan biasanya tidak digalakkan dalam Islam, kerana dikhuatiri akan menjerumuskan pencinta itu ke kancah kemaksiatan dan kelalaian dalam percintaan. Walau bagaimanapun, jika percintaan itu mempunyai matlamat suci, iaitu untuk membawa pencinta itu ke jinjang pelamin dan ikatan yang sah, maka sebagai pencinta yang beriman dan takutkan Allah, mereka haruslah menjaga dan memelihara perkara-perkara berikut:

1. Menjaga batas-batas pergaulan dengan tidak menyentuh sesama sendiri, tidak membuang masa berjam-jam dengan bertelefon atau berbual-bual, dan tidak menjadikan pergaulan mereka seperti suami isteri yang sudah sah dinikahkan. Mereka harus sedar dan berasa malu kerana mereka masih belum mempunyai sebarang hak ke atas satu sama lain.

2. Menghormati maruah dan harga diri masing-masing, dalam erti kata lain tidak membenarkan diri berdua-duaan dengan kekasih, kerana orang yang ketiga adalah syaitan. Di samping itu tidak berhias-hias atau menampakkan perhiasan di hadapan kekasih kerana dikhuatiri boleh menaikkan nafsu syahwat kekasih. Sebaik-baiknya sebarang pertemuan hendaklah melibatkan mahram atau ibu bapa yang mengawasi tingkah laku mereka.

3. Mendapat restu dan kebenaran dari ibu bapa adalah faktor kejayaan dalam percintaan sebelum per-kahwinan. Restu daripada ibu bapa memudahkan proses pertunangan dan pernikahan yang akan berlangsung sebagai kelangsungan daripada cinta itu. Ibu bapa harus memainkan peranan dengan memastikan anak-anak tidak melupakan tanggungjawab peribadi dan batasan akhlak dan ajaran agama semasa bercinta.

4. Berdoa dan menunaikan solat hajat supaya percintaan yang dimiliki akan diredai dan diberkati Allah. Bermohon kepada Allah supaya cinta itu dapat membawa kepada kesempurnaan peribadi dan kesempurnaan agama dengan mendirikan rumah tangga dan memelihara kelangsungan cinta itu.

5. Sentiasa melakukan solat Istikharah bagi meneguhkan hati supaya orang yang dicintai itu adalah yang terbaik untuk menjadi pasangan hidup sehingga ke akhir hayat. Janganlah mencintai seseorang kerana harta, rupa atau keturunannya, tetapi cintailah dia kerana agama dan kemuliaan akhlaknya. Solat istikharah membantu supaya individu yang bercinta itu tidak menyesal dengan pilihannya dan dia wajiblah menjuruskan percintaannya itu untuk mendirikan rumah tangga yang terpelihara. Sekiranya dia bercinta tanpa niat untuk berumah tangga tetapi sekadar ingin bermain-main dan bersuka ria, maka percintaan itu adalah penipuan dan setiap perbuatan ke arah itu mencetuskan dosa dan kemurkaan Allah. Setiap perbuatan cinta seperti menyentuh kekasih, bersalaman, berdating, berpelukan dan bercanda adalah dilarang sebelum perkahwinan. Sebagai hamba Allah yang takut kepada kemaksiatan dan kehinaan hidup di dunia, pasangan kekasih hendaklah berasa malu untuk mempamerkan ‘cinta terlarang’ mereka kerana belum lagi diiktiraf oleh perkahwinan yang dituntut oleh syarak. Tetapi sebaliknya, apabila diikat dengan ikatan perkahwinan yang sah, perbuatan-perbuatan itu mendatangkan pahala dengan syarat suami isteri itu berusaha untuk menjaga batasan akhlak dan kesopanan tingkah laku apabila berada di khalayak ramai.

Cinta Selepas Bertunang

Kebanyakan orang yang bercinta menyimpan hasrat untuk mempertahankan cintanya hingga ke jinjang pelamin. Ber-tunang adalah cara yang dilakukan bagi menyempurnakan janji untuk berkahwin. Ia adalah tanda pengabadian cinta yang suci dan tulus. Cinta dalam pertunangan besar ujiannya kerana godaan dan cabaran yang datang dari pelbagai pihak mampu merubah hati dan pendirian pasangan. Orang yang bertunang dikatakan ‘berdarah manis’ kerana mudah terjebak kepada gangguan perasaan dan terdedah kepada pelbagai cabaran. Oleh sebab itu pertunangan tidak digalakkan untuk tempoh yang lama mengikut adat masyarakat Melayu. Malah ia tidak perlu dihebohkan kepada semua orang kerana dikhuatiri pasangan itu berubah hati dan tidak jadi melangsungkan perkahwinan. Bertunang tidak sama dengan berkahwin. Bertunang adalah ikatan tetapi ia belum diteguhkan oleh akad yang menghalal-kan segala perhubungan antara lelaki dan perempuan. Bertunang adalah tempoh suai kenal bukan tempoh memadu asrama. Maka orang yang sedang bertunang tidak boleh melanggar batas-batas agama kerana mereka masih belum ‘halal’ untuk sentuh-bersentuhan, cium-berciuman dan sebagainya. Pihak lelaki perlu menyedari mereka belum lagi menjadi suami, begitu juga pihak perempuan belum bergelar isteri. Maka berhati-hatilah dalam pergaulan kerana syaitan sentiasa menjadi orang ketiga yang tidak jemu menggoda dan cuba merosakkan cinta yang terbina.

Cinta Selepas Kahwin

Allah mengiktiraf cinta selepas perkahwinan sebagai yang terbaik dan sumber segala kesenangan dan kasih sayang sebagaimana yang dinyatakan di dalam Quran ayat 21 surah ar-Rum, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahawa Dia menciptakan isteri-isteri bagimu dari kalangan kamu sendiri supaya kamu dapat hidup tenang bersama mereka dan diadakan-Nya cinta kasih sayang antara kamu. Sungguh, dalam yang demikian ada tanda-tanda bagi orang yang menggunakan fikiran”. Cinta selepas perkahwinan adalah cinta yang diredai dan dituntut oleh ajaran Islam. Cinta seharusnya berputik mekar selepas pasangan suami isteri itu mendapat mandat yang agung untuk bercinta melalui ikatan yang sah dan diiktiraf oleh agama dan juga anggota masyarakat. Bagi menyuburkan cinta selepas perkahwinan, maka pasangan suami isteri haruslah menghormati hak-hak dan tanggungjawab kepada yang dicintai dengan penuh kecintaan dan kasih sayang. Antara cara-cara untuk menyuburkan rasa cinta sebegitu adalah:

1. Membuktikan cinta melalui ketaatan, kasih sayang, pengorbanan dan kesungguhan memuliakan pasangan dan rumah tangga yang dibina. Pasangan suami isteri hendaklah sentiasa saling hormat-menghormati, menghargai perasaan dan tutur kata, sentiasa mendoakan kesejahteraan keluarga dan berusaha memelihara amanah dan janji yang dibuat.

2. Melahirkan zuriat sebagai bukti cinta yang terjalin. Sekiranya ditakdirkan tidak mempunyai zuriat, suami hendaklah bersabar dan tidak terburu-buru untuk berkahwin lain. Seharusnya usaha dilipatkan gandakan untuk mendapatkan zuriat baik secara tradisional mahupun secara perubatan. Sekiranya tidak berhasil, bolehlah mengambil anak angkat sebagai langkah alternatif.

3. Mengasihi dan menghormati ahli keluarga pasangan suami isteri. Bagi mewujudkan keluarga yang harmonis, perhubungan kedua-dua belah pihak hendaklah dijaga dan dipelihara sebaik mungkin. Sesekali, hadiah dapat dijadikan penghubung kasih-sayang dan tidak lupa untuk bertanya khabar sekiranya tidak berkesempatan untuk menziarahi keluarga yang jauh.

Seharusnya Cinta…

Insan yang beriman sering kali meletakkan sandaran yang kuat dan kukuh kepada Allah. Maka, dalam soal percintaan, sering kali mereka bersikap tenang dan menyerah diri kepada ketentuan Allah. Ini adalah kerana mereka yakin cinta datang dari Allah dan hanya Dia sahaja yang dapat menganugerahkan atau menghapuskan cinta itu. Allah adalah Pencipta kepada cinta, dan setiap penciptaan-Nya ada matlamat dan sebab kewujudannya, yang sering kali tidak cuba difahami oleh manusia. Hanya segelintir sahaja yang memahami hakikat didatangkan perasaan cinta itu, iaitu kembali kepada asal matlamat kejadian manusia; untuk menyembah dan melakukan ketaatan kepada Allah. Tidak kira apa bangsa ataupun agama sekalipun, hakikat cinta adalah kembali kepada mengagungkan dan membesarkan Tuhan yang menciptakan segala cinta. Agama Islam, Kristian, Budha, Hindu serta lain-lain agama tetap mengupas persoalan cinta sebagai sumber kedamaian hati dan keamanan dunia.

Realiti cinta menuntut pengorbanan daripada setiap individu yang berani untuk melibatkan dirinya dalam percintaan. Cinta penuh dengan air mata, aliran perasaan yang amat deras dan getaran yang mengilukan hati. Cinta juga penuh dengan keindahan, keselesaan, kehalusan perasaan dan kenikmatan jasmani mahupun rohani. Ini adalah kerana, cinta tidak hanya melibatkan perasaan semula jadi antara lelaki dan perempuan sahaja tetapi juga melibatkan perhubungan antara manusia dan Tuhan, manusia dan alam, serta manusia dan perbuatan. Oleh yang demikian, insan yang beriman dapat mengelakkan diri daripada melakukan kesilapan dalam pergaulan, kekecewaan dalam percintaan, dan kehancuran dalam kehidupan. Mereka memahami hakikat cinta dan jenis-jenis cinta yang wujud dalam dunia ini, lantas menjadikan fikiran mereka lebih terbuka dan bijaksana dalam menangani soal percintaan. Penderitaan, penyesalan, dan kebencian tidak dijadikan sebagai sumber yang boleh memudaratkan diri dan hati, tetapi sebaliknya sebagai sumber yang memberi kesedaran dan keinsafan akan hakikat kehidupan yang sebenarnya.

Read More..

LUASNYA NERAKA

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibrail datang kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya,

maka ditanya oleh nabi s.a.w.: 'Mengapa aku melihat kau berubah muka?'

Jawabnya: 'Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yg mengetahui bahawa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa
aman dari padanya.'

Lalu nabi s.a.w. bersabda: 'Ya Jibrail, jelaskan padaku sifat
Jahannam.'
Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibrail datang kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya,

maka ditanya oleh nabi s.a.w.: 'Mengapa aku melihat kau berubah muka?'

Jawabnya: 'Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yg mengetahui bahawa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa
aman dari padanya.'

Lalu nabi s.a.w. bersabda: 'Ya Jibrail, jelaskan padaku sifat
Jahannam.'

Jawabnya: 'Ya. Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum nescaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya kerana panasnya.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi nescaya akan mati penduduk bumi kerana panas dan basinya.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yg disebut dalam Al-Quran itu diletakkan di atas bukit, nescaya akan cair sampai ke bawah
bumi yg ke tujuh.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di hujung barat tersiksa, nescaya akan terbakar orang-orang yang di hujung timur kerana sangat panasnya, Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi dan minumannya air panas campur nanah dan pakaiannya potongan-potongan api.

Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bahagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan.'

Nabi s.a.w. bertanya: 'Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?'

Jawabnya: 'Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di
bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda.' (nota kefahaman: iaitu yg lebih bawah lebih panas)

Tanya Rasulullah s.a.w.: 'Siapakah penduduk masing-masing pintu?'
Jawab Jibrail:
'Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga Fir'aun sedang namanya Al-Hawiyah.
Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,

Pintu ketiga tempat orang shobi'in bernama Saqar.

Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha,

Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.

Pintu ke enam tempat orang nasara bernama Sa'eir.'

Kemudian Jibrail diam segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga ditanya: 'Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?'

Jawabnya: 'Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg sampai mati belum sempat bertaubat.'

Maka nabi s.a.w. jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibrail meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga sedar kembali dan

sesudah sadar nabi saw bersabda: 'Ya Jibrail, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku yang akan masuk ke dalam neraka?'

Jawabnya: 'Ya, iaitu orang yg berdosa besar dari ummatmu.'

Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibrail juga menangis, kemudian nabi s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang
selalu menangis dan minta kepada Allah.(dipetik dari kitab 'Peringatan Bagi Yg Lalai')

Dari Hadith Qudsi: Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahari Ku.

Tahukah kamu bahawa neraka jahanamKu itu:

1. Neraka Jahanam itu mempunyai 7 tingkat

2. Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah

3. Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung

4. Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah

5. Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik

6. Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak

7. Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum

8. Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor
ular

9. Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta
mengandungi lautan racun yang hitam pekat.

10. Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai
70,000 rantai

11. Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikat


Mudah-mudahan ini dapat menimbulkan keinsafan kepada kita semua.....Wallahua'lam.


Al-Quran Surah Al- Baqarah Ayat 159

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk hidayat, sesudah Kami terangkannya kepada manusia di dalam Kitab Suci, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh sekalian makhluk.


Dari Abdullah bin 'Amr R.A,


Rasulullah S.A.W bersabda:' Sampaikanlah pesanku biarpun satu ayat..

SEPULUH ORANG YANG MAYATNYA TIDAK BUSUK DAN TIDAK REPUT DI HARI QIAMAT KELAK!!!

Disebutkan di dalam satu riwayat, bahawasanya apabila para makhluk dibangkitkan dari kubur, mereka semuanya berdiri tegak di kubur masing-masing selama 44 tahun UMUR AKHIRAT dalam keadaan TIDAK MAKAN dan TIDAK MINUM , TIDAK DUDUK dan TIDAKBERCAKAP .

Bertanya orang kepada Rasulullah saw : 'Bagaimana kita dapat mengenali ORANG-ORANG MUKMIN kelak di hari qiamat?'

Maka jawabnya Rasulullah saw 'Umatku dikenali kerana WAJAH mereka putih disebabkan oleh WUDHU'.' Bila qiamat datang maka malaikat datang ke kubur orang mukmin sambil membersihkan debu di badan mereka KECUALI pada tempat sujud. Bekas SUJUD tidak dihilangkan.

Maka memanggillah dari zat yang memanggil. Bukanlah debu 'itu dari debu kubur mereka, akan tetapi debu itu ialah debu KEIMANAN' mereka. Oleh itu tinggallah debu itu sehingga mereka melalui titian' Siratul Mustaqim dan memasuki Alam SYURGA, sehingga setiap orang melihat para mukmin itu mengetahui bahawa mereka adalah pelayan Ku dan hamba-hamba Ku.

Disebutkan oleh hadith Rasulullah saw bahawa sepuluh orang yang mayatnya TIDAK BUSUK dan TIDAK REPUT dan akan bangkit dalam tubuh asal diwaktu mati :-
1. Para Nabi
2 Para Ahli Jihad
3. Para Alim Ulama
4. Para Syuhada
5. Para Penghafal Al Quran
6. Imam atau Pemimpin yang Adil
7. Tukang Azan
8. Wanita yang mati kelahiran/beranak
9. Orang mati dibunuh atau dianiaya
10. Orang yang mati di siang hari atau di malam Jumaat jika mereka
itu dari kalangan orang yang beriman.

Didalam satu riwayat yang lain dari Jabir bin Abdullah ra sabda Rasulullah saw: Apabila datang hari QIAMAT dan orang-orang yang berada di dalam kubur dibangkitkan maka Allah swt memberi wahyu kepada Malaikat Ridhwan:
' Wahai Ridhwan, sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba Ku berpuasa ( Ahli Puasa ) dari kubur mereka di dalam keadaan letih dan dahaga. Maka ambillah dan berikan mereka segala makanan yang digoreng dan buah-buahan SYURGA. '

Maka Malaikat Ridhwan menyeru, wahai sekelian kawan-kawan dan semua anak-anak yang belum baligh, lalu mereka semua datang dengan membawa dulang dari nur dan berhimpun dekat Malaikat Ridhwan bersama dulang yang penuh dengan buahan dan minuman yang lazat dari syurga dengan sangat banyak melebihi daun-daun kayu di bumi.

Jika Malaikat Ridhwan berjumpa mukmin maka dia memberi makanan itu kepada mereka sambil mengucap sebagaimana yang difirman oleh Allah swt di dalam Surah Al-Haqqah bermaksud :
'Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan AMAL yang telah kamu kerjakan pada HARI yang telah LALU itu.'

* Tolong sebarkan kisah ini kepada saudara Islam yang lain.

Ilmu yang bermanfaat ialah salah satu amal yang berkekalan bagi orang yang mengajarnya meskipun dia sudah mati. ' Dan ( ingatlah ) Allah sentiasa mengetahui dengan mendalam akan apa jua yang kamu lakukan.' Surah Al-Baqarah : 237

YA ALLAH YA RAHMAN YA RAHIM, lindunglilah dan peliharakanlah kami, kedua ibubapa kami, isteri kami, anak-anak kami, kaum keluarga kami & semua orang Islam dari azab seksa api nerakaMu YA ALLAH.

Sesungguhnya kami tidak layak untuk menduduki syurgaMu YA ALLAH, namun tidak pula kami sanggup untuk ke nerakaMu YA ALLAH.

Ampunilah dosa-dosa kami, terimalah taubat kami dan terimalah segala ibadah dan amalan kami dengan RAHMATMU YA ALLAH......AMIN.....



Read More..

MENJADI APAPUN DIRIMU

Menjadi karang-lah, meski tidak mudah.
Sebab ia 'kan menahan sengat binar mentari yang garang. Sebab ia 'kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa tanpa kenal lelah. Sebab ia 'kan melawan bayu yang keras menghembus dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan. Sebab ia 'kan menahan hempas badai yang datang menggerus terus-menerus dan coba melemahkan keteguhannya. Sebab ia 'kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus.Sebab ia 'kan berdiri
tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad, tanpa rasa jemu dan bosan.
Menjadi karang-lah, meski tidak mudah.
Sebab ia 'kan menahan sengat binar mentari yang garang. Sebab ia 'kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa tanpa kenal lelah. Sebab ia 'kan melawan bayu yang keras menghembus dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan. Sebab ia 'kan menahan hempas badai yang datang menggerus terus-menerus dan coba melemahkan keteguhannya. Sebab ia 'kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus.Sebab ia 'kan berdiri
tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad, tanpa rasa jemu dan bosan.


Menjadi pohon-lah yang tinggi menjulang, meski itu tidak mudah.
Sebab ia 'kan tatap tegar bara mentari yang terus menyala setiap siangnya. Sebab ia 'kan meliuk halangi angin yang bertiup kasar. Sebab ia 'kan terus menjejak bumi hadapi gemuruh sang petir. Sebab ia 'kan hujamkan akar yang kuat untuk menopang. Sebab ia 'kan menahan gempita hujan yang coba merubuhkan.
Sebab ia 'kan senantiasa berikan bebuahan yang manis dan mengenyangkan. Sebab ia 'kan berikan tempat bernaung bagi burung-burung yang singgah di dahannya. Sebab ia 'kan berikan tempat berlindung dengan rindang
daun-daunnya.


Menjadi paus-lah, meski itu tak mudah.
Sebab dengan sedikit kecipaknya, ia akan menggetarkan ujung samudera. Sebab besar tubuhnya 'kan menakutkan musuh yang coba mengganggu. Sebab sikap diamnya akan membuat tenang laut dan seisinya.


Menjadi elang-lah, dengan segala kejantanannya, meski itu juga tidak mudah. Sebab ia harus melayang tinggi menembus birunya langit. Sebab ia harus melanglang buana untuk mengenal medannya. Sebab ia harus melawan
angin yang menerpa dari segala penjuru. Sebab ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh. Sebab ia harus kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya. Sebab ia harus menukik tajam mencengkeram mangsa. Sebab ia
harus menjelajah cakrawala dengan kepak sayap yang membentang gagah.


Menjadi melati-lah, meski tampak tak bermakna.
Sebab ia 'kan tebar harum wewangian tanpa meminta balasan.
Sebab ia begitu putih, seolah tanpa cacat. Sebab ia tak takut hadapi angin dengan mungil tubuhnya. Sebab ia tak ragu hadapi hujan yang membuatnya basah. Sebab ia tak pernah iri melihat mawar yang merekah segar.
Sebab ia tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi. Sebab ia tak pernah rendah diri pada anggrek yang anggun. Sebab ia tak pernah dengki pada tulip yang berwarna-warni. Sebab ia tak gentar layu
karena pahami hakikat hidupnya.


Menjadi mutiara-lah, meski itu tak mudah.
Sebab ia berada di dasar samudera yang dalam. Sebab ia begitu sulit dijangkau oleh tangan-tangan manusia. Sebab ia begitu berharga. Sebab ia begitu indah dipandang mata.
Sebab ia tetap bersinar meski tenggelam di kubangan yang hitam.


Menjadi kupu-kupulah, meski itu tak mudah pula.
Sebab ia harus melewati proses-proses sulit sebelum dirinya saat ini. Sebab ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan. Sebab ia bersembunyi dan menahan diri dari segala yang menyenangkan, hingga kemudian tiba saat
untuk keluar.



Karang akan hadapi hujan, terik sinar mentari, badai, juga gelombang.
Elang akan menembus lapis langit, mengangkasa jauh, melayang tinggi dan tak pernah lelah untuk terus mengembara dengan bentangan sayapnya.
Paus akan menggetarkan samudera hanya dengan sedikit gerakan. Pohon akan hadapi petir, deras hujan, silau matahari, namun selalu berusaha menaungi.
Melati ikhlas 'tuk selalu menerima keadaannya, meski tak terhitung pula bunga-bunga lain dengan segala kecantikannya.
Kupu-kupu berusaha bertahan, meski saat-saat diam adalah kejenuhan.
Mutiara tak memudar kelam, meski pekat lingkungan mengepungnya di
kiri-kanan, depan dan belakang.


Tapi karang menjadi kokoh dengan segala ujian. Elang menjadi tangguh, tak hiraukan lelah tatkala terbang melintasi bermilyar kilo bentang cakrawala. Paus
menjadi kuat dengan besar tubuhnya dalam luas samudera. Pohon tetap menjadi naungan meski ia hadapi beribu gangguan. Melati menjadi bijak dengan dada yang lapang, dan justru terlihat indah dengan segala kesederhanaan.
Mutiara tetap bersinar dimanapun ia terletak, dimanapun ia berada. Kupu-kupu hadapi cerah dunia meskipun lalui perjuangan panjang dalam
kesendirian.


Menjadi apapun dirimu..., bersyukurlah selalu. Sebab kau yang paling tahu siapa dirimu. Sebab kau yakini kekuatanmu. Sebab kau sadari kelemahanmu.
Jadilah karang yang kokoh, elang yang perkasa, paus yang besar, pohon yang menjulang dengan akar menghujam, melati yang senantiasa mewangi, mutiara
yang indah, kupu-kupu, atau apapun yang kau mau. Tapi, tetaplah sadari bahwa kita adalah hambaNya. .....


Have A Nice Day's

(by: Lavender)


Read More..

Lomba “Jadi Lelaki Sejati”

Yup! Be a man, be a real man. Sebuah reality show yang kembali ditayangin oleh salah satu stasiun televisi swasta. Setelah sukses dengan Be A Man ternyata dibikin lanjutannya lagi nih, jadi Be A Man 2. Pesertanya adalah 25 orang waria yang dikumpulin di sebuah kamp tentara terus digembleng selama 14 hari, ini acara diyakini bisa nyedot para penonton buat mantengin layar tv (terserah deh, tv tetangga, tv sendiri, tv umum ato dapet minjem...). Kan bikin penasaran tuh! Masa’ iya bisa nyulap tuh para waria dalam 14 hari terus jadi lelaki sejati lagi? Au deh, Booo!
Yup! Be a man, be a real man. Sebuah reality show yang kembali ditayangin oleh salah satu stasiun televisi swasta. Setelah sukses dengan Be A Man ternyata dibikin lanjutannya lagi nih, jadi Be A Man 2. Pesertanya adalah 25 orang waria yang dikumpulin di sebuah kamp tentara terus digembleng selama 14 hari, ini acara diyakini bisa nyedot para penonton buat mantengin layar tv (terserah deh, tv tetangga, tv sendiri, tv umum ato dapet minjem...). Kan bikin penasaran tuh! Masa’ iya bisa nyulap tuh para waria dalam 14 hari terus jadi lelaki sejati lagi? Au deh, Booo!

Gue juga penasaran abis sih, cos pas ngubek-ngubek di alam maya, yang gue dapet nih dari situs globaltv.co.id kalo materi yang dikasih buat para peserta Be A Man nggak tanggung-tanggung. Mereka dibekali strategi perang dalam misi menjaga keamanan negara kayak: wawasan nusantara, dasar kemiliteran, kepemimpinan, pengenalan senjata, survival en terjun payung. Wuih... keren !

Nah, tapi realitanya para waria kan rata-rata pada lebay abis, ngalahin para real woman. Yang bener aja, buat ngikutin nih acara mereka semua pada bawa perabotan yang cewek abis! Mulai boneka, kosmetik, wig, high heels.. kagak tahu deh apa stiletto dibawa juga, emang mo fashion show, apa?

Pas ospek calon siswa Be A Man 2 aja nih, di tengah area outbond kan mereka pada diomelin gara-gara pada lelet abis tuh pas disuruh kumpul apel pagi. Herannya, masih sempet aja pake wig. Bahkan saking buru-burunya ada yang seragam ospeknya nggak dipake tapi malah pake rok. Disela-sela omelan mas instruktur yang garang abis sempet-sempetnya ada yang ngaca buat ngecek penampilan (masih ok belum?). Soalnya subuh dah dibangunin en ributnya sumpeh kayak orang kebakaran. Udah gitu belum mandi apalagi sarapan. Sabina, Ayubie, Aldona, Ade Jengker dan kawan-kawan sengsara abis! Pagi-pagi, belum sarapan, disuruh merayap-rayap di atas tanah yang katanya ada kotoran kebonya, terus berkubang di tengah lumpur yang baunya minta ampun, push-up, jalan jongkok tapi tangan di atas kepala, terus merayap di bawah bentangan kawat berduri ampe ada anggota badan yang lecet-lecet. Eh, pas mandi malah ada yang nggak kebagian air, jatah airnya cuma dua tong gede doang buat 25 orang. Berantem abis deh tuh para waria, diusut-usut ternyata ada salah satu waria yang mandinya terbiasa pake shower berhubung dia lama tinggal di Jerman dan barusan pulang ke Indonesia (wuuuu... gaya !!!).

Sebenernya sih, nih acara ada nilai positifnya juga yang mudah-mudahan emang niat dari sononya pengen ngebantu para waria supaya bisa back to normal lagi. Menjadi lelaki sejati. Cuma yang bikin nih ati nggak sreg, masa’ cuma secara fisik aja sih digemblengnya? Walo pun emang ada juga ngefek dikit ke mental akibat perlakuan fisik yang terlalu keras. Tapi sisi ruhiyahnya, rasa keterikatan dirinya dengan Allah justru nggak dibenahi. Karena yang gue tau, untuk bisa mengubah seseorang tuh kudu mengubah persepsi seseorang tentang kehidupan, tentang manusia dan tentang alam semesta secara menyeluruh. Diajak dan dituntun buat mikir dan mikir tentang Sang Pencipta, Rasulullah, kitabullah terutama al-Quran, para malaikat Allah, qadha dan qadar sampe hari kiamat. Terus deh ’digojlok’ sampe dia ngerti kalo manusia tu makhluk yang lemah dan terbatas. Gitu juga dengan alam semesta en kehidupan yang pasti ada finish-nya. Dan yang berkuasa atas semua itu kan hanyalah Allah Swt. Kalo dah nyadar gitu, kan mau nggak mau so pasti kudu tunduk dong ama kekuasaan Allah dan dia insya Allah mampu memilih yang terbaik buat dirinya. Gitu. Waduh, gue kok jadi serius gini ya? Udahlah, nyantai aja! Lanjuuutt!

Kaleng jadi baja
Heleh! Nih lagi... ada-ada aja. Sewaktu gue asik browsing soal ’kaleng jadi baja’, eh gue malah jadi tahu kalo salah satu alumni Be A Man tahun lalu dinilai sebagai waria berprestasi. Haduh, gimana kabarnya tuh? Nama tuh alumni adalah Merlyn Sopjan.

Merlyn ini ternyata juga pernah nulis buku yang judulnya ”Jangan Lihat Kelaminku” (idih...) yang ngebeberin aktivtas dirinya en para waria lainnya. Mo tahu prestasi Merlyn lainnya? Dia menjadi doktor honoris causa dari Northern California Global University karena aktivitas sosialnya dalam bidang HIV/AIDS, Ratu Waria Indonesia di tahun 1995, menjabat sebagai Ketua Ikatan Waria Malang (IWAMA) dan pernah mencalonkan diri menjadi Bakal Calon Walikota Malang (gak jelas nih tahun berapa). Selain Merlyn ada juga Rahma/Rahmat (udah meninggal), selama hidupnya dia care ama anak-anak jalanan dengan ngajarin Bahasa Inggris en Matematika.

Tapi.. please.. itu semua nggak bikin gue terkesan. Gue justru terkesan kalo para waria tuh bertekad kuat untuk mengubah diri mereka lahir en batin terus menjadi hamba Allah yang ikhlas dalam menerapkan syariatNya. Apalagi kalo sampe ikutan memperjuangkan khilafah. Wah, seru abis tuh!

Jadi? Ya walaupun si waria sukses en lulus melalui segala rintangan dalam Be A Man. Dia nggak kena eliminasi dan ditambah segambreng prestasi dalam kehidupan warianya. Jujur nih, gue belum yakin aja kalo dia akan terpanggil untuk menjadi hamba Allah yang seutuhnya. Yang bakal rela en ikhlas dalam ngejalanin syariatNya.

Cos, yang dimaksud rela ngejalanin syariatNya bukan sekedar rajin shalat, sedekah en zakat atau rutin yasinan loh. Itu mah cetek banget, Bro en Sis! Maksudnya tuh, kudu rela jadi lelaki sebenernya. Rela ngejalanin kewajibannya bahkan berani untuk memperjuangkan haknya sebagai lelaki, sebagai manusia, sebagai hamba Allah. Nggak maen perasaan apalagi kebiasaan tanpa dasar syariatNya. Tapi, meski demikian gue berharap mereka mulai sadar dan mencoba cari jalan petunjuk. Hidayah nggak gratis, tapi kudu dicari. Ada niat untuk nyari dan usahanya juga. Ok?

Kan aneh tuh, hanya karena gara-gara demen kumpul ama waria, gaul ama mereka terus punya perasaan comfort menjadi waria terus ikut-ikutan juga jadi ‘kaleng’. Atau dari ‘sono’nya dia terlahir sebagai lelaki yang manis, kemayu, lemah lembut atau mungkin karena ‘pola asuh’ yang salah apalagi temennya juga pada cewek semua eh terus frustasi akibat diolok-olokin sebagai pinky boy. Akhirnya, keterusan deh jadi pinky beneran. Waduh, nggak asik banget tuh !

Makanya nih Bro, kalo punya temen or sodara cowok yang tipenya waria & pinky boy gini ya kudu dimotivasi supaya back to normal terus diajak ngaji en ngelakuin aktivitas yang positif plus menantang. So, kebutuhan naluri mulai dari urusan beribadah, mempertahankan eksistensi diri dia sebagai lelaki dalam kehidupan juga urusan love & care-nya bisa terarah ke arah yang bener saat nyalurinnya. Selain itu juga biar dia sadar kalo temenan tuh kudu dalam lingkungan yang positif en kondusif (canggih amat sih bahasanya hehehe..). Jadi dia nggak ada pikiran untuk berubah menjadi makhluk “jadi-jadian” begitu...Na’udzubillah min dzalik deh!

So, bagi para cewek juga nih. Jangan asal maen peluk, becanda ngablak serasa becanda ama sesama cewek apalagi pamer aurat di depan para waria en pinky boys. Coz, sejatinya ya mereka lelaki juga. Bukan mahram tuh! Kalo kita memperlakukan para waria sebagai pria, mudah-mudahan mereka sadar bukannya kita pengen musuhin mereka tapi supaya mereka sadar kalo mereka adalah pria.

Allah sendiri juga benci tuh ama orang-orang yang meniru-niru yang diluar kodratnya. Ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas r.a yang berkata: "Rasulullah saw. melak­nat laki-laki yang berlagak (seperti) perempuan dan perempuan yang berlagak (seperti) laki-laki”
Waow! Tegas bangetkan Islam ngasih aturan nih.

Lihat mereka sebagai manusia
Ada slogan dari para pengusung liberalisme nih: “Jangan dilihat dari kelaminnya tapi lihat diri mereka sebagai manusia” (maaf nih.. bukan bermaksud omong jorok tapi ya emang begitu slogannya) ketika mempersoalkan masalah kesetaraan gender, homoseksual termasuk eksisnya waria.

Kalo waria jelas laki-laki. Umumnya gitu. Nah, gimana kalo yang memang sejak lahir udah berkelamin ganda? Begini, memang benar kalo dikatakan bahwa para ahli fiqih Islam telah mendefinisikan istilah “khanatsa”, yakni orang yang mempunyai alat kelamin laki-laki dan kelamin wanita (hermaphrodit), atau bahkan tidak mempunyai alat kelamin sama sekali. Keadaan yang kedua ini menurut para fuqaha dinamakan khuntsa musykil, artinya tidak ada kejelasan. Sebab, setiap manusia seharusnya mempunyai alat kelamin yang jelas, laki atau perempuan.

Kejelasan jenis kelamin seseorang akan mempertegas status hukumnya. Utamanya da­lam menjalankan syariat. Seperti sholat, haji, batasan aurat, dan lain-lain. Kalo nggak jelas kan bingung. Iya nggak sih?

Oleh karena itu, adanya dua jenis kelamin pada seseorang—atau bahkan sama sekali tidak ada—disebut sebagai musykil. Karuan aja kea­daan ini membingungkan karena tidak ada kejelasan, kendati pun dalam keadaan tertentu kemusykilan tersebut dapat diatasi, misalnya dengan mencari tahu dari mana ia membuang “air kecil”.
Bila urine-nya keluar dari penis, maka ia divonis sebagai laki-laki dan aturan hukumnya jelas, yakni sesuai dengan yang dibebankan untuk laki-laki. Sedangkan jika ia mengeluarkan urine dari vagina, ia divonis sebagai wanita dan tentunya menjalankan syariat sesuai dengan jenis kelaminnya. Namun, bila ia mengeluarkan urine dari kedua alat kelaminnya (penis dan vagina) secara berbarengan, maka inilah yang dinyatakan sebagai khuntsa musykil. Dan ia akan tetap musykil hingga datang masa akil baligh.

Selain cara tadi, bisa juga dilakukan dengan cara mengamati pertumbuhan badan­nya, atau mengenali tanda-tanda khusus yang lazim sebagai pembeda antara laki-laki dengan perempuan. Misalnya, bagaimana cara ia ber­mimpi dewasa (maksudnya mimpi dengan mengeluarkan air mani, gitu lho), apakah ia tumbuh kumis dan jenggot, apakah tumbuh payudara­nya, apakah ia haid sehingga memungkinan untuk hamil, dan sebagainya. Bila tanda-tanda tersebut tetap tidak tampak, maka ia divonis sebagai khuntsa musykil.

Kenapa kudu jelas? Sebab akan mem­bantu dalam praktik penerapan syariat Islam. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasu­lullah saw. ketika ditanya tentang hak waris seseorang yang dalam keadaan demikian, maka beliau menjawab dengan sabdanya: “Lihatlah dari tempat keluarnya air seni.”

Tapi, Islam memang the best banget! Islam mengatur manusia nggak cuma secara fisik, tapi juga naluri. Cos, pada fitrahnya manusia tuh punya yang namanya kebutuhan jasmani (organic needs/hajatun udhowiyah) dan kebutuhan naluri (instinct needs/gharizah). Allah Swt. pun udah secara adil nyiptain laki-laki en perempuan dengan hal-hal yang beda. Nah, pembedaan ini bukan buat diskriminasi tapi justru buat saling melengkapi. Eh, malah hadir tuh makhluk jadi-jadian. Jadi kacau deh aturan Allah. Jadi, jangan memperkeruh masalah deh, inget firman Allah “ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS Ali Imran [3]: 133)

So, sutralah gue dianggep sok tahu atau apa. Tapi, gue berpikir kalo para waria itu diperlakukan secara manusiawi dan mereka sendiri dimotivasi oleh keluarga mereka, masyarakat juga pemerintah, gue yakin insya Allah mereka mau berubah.

Maksudnya manusiawi di sini bukan memaklumi or justru ngedorong potensi waria mereka loh tapi seperti yang gue bilang di subjdul “kaleng jadi baja”, bahwa mereka kudu diperlakukan sebagai lelaki yang real juga. Apalagi ‘kasusnya’ udah dikasih solusi dalam fikih Islam. Karena kalo nggak didorong dan dibina sebagai lelaki sejati maka orang-orang yang punya kecenderungan sebagai waria or dia demen niru-niru diri sebagai cewek entar bisa kebablasan tuh. Makanya, Rasulullah dengan tegas menindak para waria ini sebagaimana hadist beliau dari Abu Hurairah,”Rasulullah saw. telah melaknat seorang pria yang berpakaian menyerupai pakaian wanita dan melaknat seorang wanita yang berpakaian menyerupai pakaian pria.”

Kemudian diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwasanya Nabi saw sedang berada di rumah Ummu Salamah—di rumah itu sedang ada seorang waria—Waria itu berkata kepada saudara laki-laki Ummu Salamah, Abdullah bin Abi Umayah, ’Jika Allah membukakan buat kalian Thaif besok, maka aku akan tunjukkan kepadamu anak perempuan ghoilan, ia seorang yang memiliki perut yang langsing. Maka Nabi saw pun bersabda, ”Janganlah orang ini (waria) memasuki (tempat-tempat) kalian.” (HR Bukhari)

Memang kalo diliat secara harfiah, nih hadis kesannya memojokkan para waria. Tapi maksudnya mereka ditegasin kalo realnya nggak ada makhluk lelaki yang menyerupai perempuan. Walaupun dari sononya dia kemayu ya tetep bukan pengecualian. Dia tetep sebagai lelaki. Gitu.

So, kudu dipikirin nih ayat berikut ini: “Dan tidak layak bagi seorang beriman laki-laki dan juga bagi orang beriman perempuan, -apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan atas perkara- ada pilihan lain dalam urusan mereka“ (QS al-Ahzab [33] 36)

Jadi menurut gue nih, acara Be A Man, memang udah mencoba berusaha untuk ngebina para waria secara manusiawi walaupun dari segi pembinaan keimanan masih blank. Nggak jelas. Padahal untuk ngubah diri seseorang justru yang kudu diubah adalah pemikiran tuh orang dulu. Cos, pada dasarnya seseorang bertingkah laku sesuai pemikirannya, sesuai pemahamannya, sesuai akidah yang ada dalam dirinya. Kalo para waria itu dibina en digembleng secara fisik only tapi keimanannya nol justru dalam diri waria itu nggak akan tertanam dengan benar gimana sih be a real man itu.

Selain itu juga kudu ada upaya serius nih. Jangan cuma berharap ama acara Be A Man aja yang gue nilai cuma industri hiburan. Selama ini waria-waria yang terjaring dalam operasi Satpol PP tuh diapain sih? Beneran dibina dengan serius atau cuma dikasih nasehat bla-bla-bla terus diwanti-wanti jangan jadi kaleng jalanan lagi? Nggak ngefek lagi! Justru pemerintah di sini kudu membuktikan kalo bisa membina rakyatnya ke jalan yang bener. Waduh, kok gue jadi ngomel gini ya?

The end
Emang sih Be A Man udah bikin waria on tv jadi laen dari yang laen. Tapi kalo emang serius pengen ngebina para waria, gue pikir nggak harus juga ngebikin reality show begini kalo ujung-ujungnya cuma ngedongkrak rating penonton doang.

Ini nih, kapitalisme bermain di sini. Masyarakat yang nonton cuma karena ramenya doang, cuma nganggap tontonan ini sebagai hiburan aja bukan sebagai tontonan yang bisa diambil hikmahnya. So, banyak penonton, banyak juga sponsor yang dateng terus tuh stasiun tv dapet duit banyak deh tanpa mikirin lagi acara tv-nya mendidik masyarakat atau malah ngebuka aib orang lain di depan orang banyak.
So? Be a man, be a real man! Yuuuuk...! [anindita; coffee.prince70@yahoo.co.id]

Read More..

Wanita Bangsawan Dengan Kemulian Sejati

Kholifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz memiliki seorang istri dari kalangan bangsawan yang bernama Fathimah bintu ‘Abdul Malik. Fathimah adalah seorang putri Kholifah terdahulu yang Bapaknya bernama ‘Abdul Malik. Fathimah memiliki perhiasan yang paling mahal. Perhiasan itu tidak pernah dimiliki oleh wanita lain di muka bumi. Di antara perhiasan-perhiasan itu, ada dua anting-anting mariyah yang terkenal dalam sejarah. Para penyair pun menyebut perhiasan itu dalam syairnya. Seandainya anting-anting itu dijual, maka akan cukup untuk mengenyangkan satu suku yang besar.

Kholifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz memiliki seorang istri dari kalangan bangsawan yang bernama Fathimah bintu ‘Abdul Malik. Fathimah adalah seorang putri Kholifah terdahulu yang Bapaknya bernama ‘Abdul Malik. Fathimah memiliki perhiasan yang paling mahal. Perhiasan itu tidak pernah dimiliki oleh wanita lain di muka bumi. Di antara perhiasan-perhiasan itu, ada dua anting-anting mariyah yang terkenal dalam sejarah. Para penyair pun menyebut perhiasan itu dalam syairnya. Seandainya anting-anting itu dijual, maka akan cukup untuk mengenyangkan satu suku yang besar.

Ketika tinggal bersama bapaknya, Fathimah hidup dalam kemewahan dunia. Namun ketika menjadi istri Kholifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, beliau hidup dengan sederhana. Kholifah memberikan nafkah hanya beberapa dirham dalam sehari. Fathimah rela dengan hal itu dan gembira hidup qonaah, hidup apa adanya dan senang dengan kesederhanaan.

Kholifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz selalu menasehati istrinya untuk banyak bershodaqoh. Fathimah bintu ‘Abdul Malik adalah istri yang taat, dia mematuhi nasehat suaminya. Semua perhiasan dan mutiara yang dibawanya diserahkan ke baitul mal kaum muslimin. Demikianlah kemulian sejati yang dimilikinya, dia tetap hidup sederhana walaupun mampu hidup mewah. Hidup sederhana tidaklah mengurangi kemuliaan dirinya. Wallahu a’lam Bishshowab.

(Sumber Rujukan: Muqoddimah Kitab Adabu Az-Zifaf, Oleh Asy-Syaikh Al-Albani)

Read More..

Ketika Cinta Terurai Menjadi Perbuatan

Kulitnya hitam. Wajahnya jelek. Usianya tua.
Waktu pertama kali masuk ke rumah wanita itu, hampir saja ia percaya kalau ia berada di rumah hantu. Lelaki kaya dan tampan itu sejenak ragu kembali. Sanggupkah ia menjalani keputusannya? Tapi ia segera kembali pada tekadnya. Ia sudah memutuskan untuk menikahi dan mencintai perempuan itu. Apapun resikonya.

Kulitnya hitam. Wajahnya jelek. Usianya tua.
Waktu pertama kali masuk ke rumah wanita itu, hampir saja ia percaya kalau ia berada di rumah hantu. Lelaki kaya dan tampan itu sejenak ragu kembali. Sanggupkah ia menjalani keputusannya? Tapi ia segera kembali pada tekadnya. Ia sudah memutuskan untuk menikahi dan mencintai perempuan itu. Apapun resikonya.

Suatu saat perempuan itu berkata padanya, "Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini untuk mencari wanita idamanmu, aku hanya membutuhkan status bahwa aku pernah menikah dan menjadi seorang istri." Tapi lelaki itu malah menjawab, "Aku sudah memutuskan untuk mencintaimu.
Aku takkan menikah lagi."

Semua orang terheran-heran. Keluarga itu tetap utuh sepanjang hidup mereka. Bahkan mereka dikaruniai anak-anak dengan kecantikan dan ketampanan yang luar biasa. Bertahun-tahun kemudian orang-orang menanyakan rahasia ini padanya. Lelaki itu menjawab enteng, "Aku memutuskan untuk encintainya. Aku berusaha melakukan yang terbaik. Tapi perempuan itu melakukan semua kebaikan yang bisa ia lakukan untukku. Sampai aku bahkan tak pernah merasakan kulit hitam dan wajah jeleknya dalam kesadaranku. Yang kurasakan adalah kenyamanan jiwa yang melupakan aku pada fisik."

Begitulah cinta ketika ia terurai jadi perbuatan. Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati... terkembang dalam kata... terurai dalam perbuatan...

Kalau hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya.
Kalau hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan
dan tidak nyata...

Kalau cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon;
akarnya terhunjam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan.
Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh perbuatan.

Semakin dalam kita merenungi makna cinta, semakin kita temukan fakta besar ini, bahwa cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa
integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.

Rahasia dari sebuah hubungan yang sukses bertahan dalam waktu lama adalah pembuktian cinta terus menerus. Yang dilakukan para pecinta sejati disini
adalah memberi tanpa henti. Hubungan bertahan lama bukan karena perasaan cinta yang bersemi di dalam hati, tapi karena kebaikan tiada henti yang
dilahirkan oleh perasaan cinta itu. Seperti lelaki itu, yang terus membahagiakan istrinya, begitu ia memutuskan untuk mencintainya. Dan istrinya, yang terus menerus melahirkan kebajikan dari cinta tanpa henti.

Cinta yang tidak terurai jadi perbuatan adalah jawaban atas angka-angka
perceraian yang semakin menganga lebar dalam masyarakat kita.**

sumber: dudung.net

Read More..